Friday, September 8, 2017

TROUBLE SHOT BULDOZZER



Bullldozer
MACHINE INSPECTION PROGRAM
Tujuan dan prosedur Measurement (Inspection)

Engine speed (Rpm)

Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever linkage (D155) atau Throttle pedal (electrical throttle system WA-3) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui power engine, pengukuran dilakukan dengan stall speed.


Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High
– Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.
Compression pressure (kg/cm2)

Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : + 60oC
– Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer)
– Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan)
– Valve clearance: standart
– Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.
– Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection.
– Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure. Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata rata.
– Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.
Blow by pressure (mmH2O, mmAq)

Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.
– Check fuel dan air system kondisinya normal.
– Pasang Blow-by adapter dan sambungkan dengan pressure gauge
– Hidupkan engine, posisikan high idle (jika memungkinkan berikan load maksimal , ukur
saat unit operasi), kemudian ukur pressure blow by.

Untuk memastikan blowby merupakan indikasi terjadinya kebocoran pressure dari ruang bakar, maka harus didukung data pendukung sebagai berikut.

– Pressure blow-by diatas standart / permissible
– Warna blow-by cenderung putih kebiru – biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar.
– Oil consumption tinggi
– Hasil PAP (silicon- debu, metal wear)
– Trend analysis blowby-pressure
Oil pressure

Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Oil level dalam range Low-High
– Tidak terjadi oil leakage
– Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge.
– Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle.
Intake resistant (mmH20)

Untuk mengetahui tingkat kebuntuan air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Tidak terjadi kebocoran pada intake system
– Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge
– Hidupkan engine, ukur intake resistance dengan stall speed.
Exhaust temperature (oC)

Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk dengan fuel yang diinjeksikan.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Check fuel dan air system kondisinya normal.
– Pasang temperature sensor dan sambungkan dengan thermometer
– Hidupkan engine, ukur exhaust temperature dengan stall speed (akan lebih actual jika pengukuran dilakukan selama unit operasi).
Exhaust gas color (Bosch Index)

Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar (melalui valve steam dan ring piston).

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Check fuel dan air system kondisinya normal.
– Hidupkan engine, masukkan suction port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap (tarik handlenya) saat engine diakselerasikan.
– Bandingkan hasil hisapan gas buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart
Valve clearance

Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena clearance valve menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk dan exhaust gas yang keluar), sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)
– Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression
– Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.
– Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.
Oil temperature

Untuk mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.

Prosedur

– Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
– Oil level dalam range Low-High
– Masukkan Fluid temperature sensor melalui oil filler jika memungkinkan, atau pasang elbow (terdapat dalam thermometer kits) pada main gallery dan masukkan Fluid temperature sensor untuk mengukur temperature oli.
Fuel Injection timing (FIP) (D155)

Untuk mengetahui dan memastikan Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan untuk mencegah terjadinya knocking atau detonation.

– Prosedur (Delivery method)
– Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada front damper atau flywheel dengan pointer.
– Lepas delivery valve No. 1 dan kendorkan bolt coupling FIP
– Pompakan feed pump sambil menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir dari lubang delivery valve No.1, maka berarti timing injection sudah tepat.

Prosedur Mark alignment method

– Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada front damper atau flywheel dengan pointer.
– Posisikan mark (tanda) drive shaft dengan housing FIP saling segaris atau sejajar.

Untuk HPI Engine ; dapat langsung menggunakan monitoring system dalam special function of monitor panel
Radiator pressure valve

Untuk mengetahui pressure maksimal didalam cooling system, sehingga tidak terjadi over pressure yang dapat menyebabkan kebocoran (hose, clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator dapat mendidih, jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen (liner).

– Gunakan radiator cap tester.
Fan belt tension

Untuk memastikan fan dapat berputar dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip), sehingga hisapan atau hembusan angin untuk mendinginkan air radiator dapat maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt lebih cepat.

Prosedur

– Tekan belt dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart.
– Ukur penyimpangan (deflection) belt
Oil consumption ratio

Untuk mengetahui jumlah penambahan oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang bakar melalui ring piston atau valve steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran perbandingan berdasarkan jumlah penambahan oli dengan jumlah bahan bakar (fuel) yang digunakan.



NOTE :

Semua item measurement dibawah harus dilakukan sesuai dengan kondisi dan syarat measurement, dengan prosedur seperti dalam shop manual, agar didapatkan data actual yang dapat digunakan analisa performance unit yang dapat dipertanggungjawabkan.

Buldozer
Travel of fuel control lever

Untuk mengetahui panjang langkah fuel control lever saat digerakkan dari posisi Stop – Low – High, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Travel of decelator pedal

Untuk mengetahui panjang langkah pedal decelerator saat digerakkan dari posisi High – Low – High, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of fuel control lever

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk mengggerakkan fuel control lever dari posisi Stop – Low – High, sebagai indikasi system lubricating linkage kondisinya normal agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.


Operating force of decelerator pedal

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk mengggerakkan pedal decelaerator dari posisi High – Low, sebagai indikasi system lubricating linkage kondisinya normal agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Torque converter stall speed

Pada dasarnya untuk mengetahui kemampuan torque converter dalam menyalurkan tenaga engine ke power train. Sebelum melakukan T/C stall, harus melakukan mengecheckan Fuel and Air System engine, yakinkan kondisinya normal.

Jika pada akhirnya digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui performance engine saat terpasang diunit dengan pertimbangan bahwa Performance Torque Converter relative lebih stabil dibandingkan dengan engine dengan membandingkan frekwensi kerusakan antara kedua komponen tersebut. Misal saat unit beroperasi pada medan yang berdebu, maka sejalan dengan kebuntuan Air Cleaner, engine akan mengalami penurunan performance.
T/C stall speed + hydraulic relief speed (Full stall speed)

Pada dasarnya untuk mengetahui kemampuan torque converter dalam menyalurkan tenaga engine ke power train dan untuk mengetahui besar torque/tenaga engine yang diserap oleh hydraulic system saat diposisikan relief. Sebelum melakukan Full stall, harus melakukan mengecheckan Fuel and Air System engine, yakinkan kondisinya normal.
T/C Oil temperature

Untuk mengetahui temperature oli pada sisi outlet Torque Converter, sebagai indikasi tingkat effesiensi T/C dalam menyalurkan tenaga engine menuju power train. Pengukuran dilakukan pada saat unit sedang beroperasi normal, jika ditemukan abnormal temperature (overheat) dapat dibandingkan dengan perubahan nilai stall speed, pressure inlet & outlet T/C, sehingga menentukan penyebab dasarnya.
Torque converter relief pressure (inlet pressure)

Untuk mengetahui besar pressure oli yang akan masuk kedalam torque converter dan besarnya dibatasi oleh T/C relief valve. Pressure oli tersebut berasal dari main relief valve setelah bekerja untuk membatasi maksimal pressure dalam circuit hydraulic power train. Jika inlet pressure dalam range standart, diharapkan performance T/C juga dalam kondisi standart.
Torque converter outlet pressure

Untuk mengetahui besar pressure oli yang ada didalam torque converter dan besarnya dibatasi oleh regulator valve, regulator pressure relative lebih rendah daripada relief pressure. Dapat digunakan sebagai indikasi tingkat internal leakage yang terjadi dalam torque converter dan jika outlet pressure dalam range standart, diharapkan performance T/C juga dalam kondisi standart.
Transmission main relief pressure

Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system control transmission, sehingga system dapat berfungsi normal. Besar pressure diatur oleh main relief valve, dimana saat relief pressure tercapai, akan membebaskan flow discharge menuju torque converter (sisi inlet). Dengan kata lain torque converter tidak akan bekerja (torque off), saat flow discharge pump dialirkan dan digunakan untuk mengengagedkan clutch pack transmission.
Transmission modulating pressure

Untuk mengetahui besar pressure yang digunakan untuk mengengagedkan clutch dalam transmission, dimana kenaikan pressure diatur secara bertahap oleh modulating valve untuk mengurangi kejutan yang terjadi saat perpindahan speed gear.
Transmission reducing pressure

Untuk mengetahui besar pressure oli yang digunakan untuk mengengagedkan rotary clutch (speed 1st ), besarnya pressure akan konstan tidak dipengaruhi oleh flow discharge pump (perubahan rpm engine) dan dibatasi oleh reducing valve.

Transmission lubrication pressure

Untuk memastikan besarnya oli yang digunakan untuk pelumasan inner component transmission, sehingga tidak terjadi keausan abnormal, besarnya pressure lubricating dibatasi oleh lubricating valve.
Travel of gear shift lever

Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan gear shift lever, saat digerakkan dari posisi N – F – R – N – 1 – 2 – 3, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of gear shift lever

Untuk mengetahui gaya atau tenaga yang diperlukan untuk mengggerakkan gear shift lever dari posisi N – F – R – N – 1 – 2 – 3 dan sebaliknya, sebagai indikasi lubricating linkage dan push-pull cable kondisinya normal agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Steering clutch operating pressure

Untuk memastikan steering clutch dapat full engaged saat steering lever posisi netral dan steering clutch dapat release saat steering lever digerakkan sekitar setengah langkah.
Steering brake operating pressure (D375)

Untuk memastikan steering brake dapat release saat steering lever posisi netral dan steering brake dapat full disengaged saat steering lever digerakkan full stroke.
Travel of steering lever

Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan steering lever, saat digerakkan dari posisi N – Full Right – N – Full Left, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of steering lever

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan steering lever, saat digerakkan dari posisi N – Full Right – N – Full Left dan sebaliknya, sebagai indikasi lubricating linkage dan push-pull cable kondisinya normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Travel of brake pedal

Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan brake pedal, saat digerakkan dari posisi Release – Brake, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of brake pedal

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan brake pedal, saat digerakkan dari posisi Release – Brake dan sebaliknya, sebagai indikasi lubricating linkage kondisinya normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
PPC Pressure (D375)

Untuk mengetahui besar pressure yang digunakan sebagai pilot pressure penggerak spool control valve hydraulic, sehingga attachment digerakkan sesuai yang diinginkan. Pressure PPC harus standby begitu engine dihidupkan karena menggunakan close circuit, sehingga responsive terhadap pergerakan lever control, besarnya PPC pressure dibatasi oleh PPC charge relief valve.
Blade lifting pressure

Untuk mengetahui operating pressure selama blade digerakkan Raise dan saat cylinder Lift blade mencapai end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat digunakan untuk menggerakkan attachment serta untuk mengetahui kerja piston valve.

Blade tilting pressure

Untuk mengetahui operating pressure selama blade digerakkan Tilt dan saat cylinder Tilt blade mencapai end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat digunakan untuk menggerakkan attachment serta untuk mengetahui maksimal pressure saat relief valve bekerja.
Ripper lifting pressure

Untuk mengetahui operating pressure selama ripper digerakkan Raise dan saat cylinder Lift ripper mencapai end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat digunakan untuk menggerakkan ripper serta untuk mengetahui maksimal pressure saat relief valve bekerja.
Ripper tilting pressure

Untuk mengetahui operating pressure selama Ripper digerakkan Tilt dan saat cylinder Tilt ripper mencapai end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat digunakan untuk menggerakkan ripper serta untuk mengetahui maksimal pressure saat relief valve bekerja.
Travel of blade control lever

Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan blade control lever, saat digerakkan dari posisi Hold – Raise – Hold – Lower – Float, Hold – Left Tilt – Right Tilt, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage dan servo valve berfungsi normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of blade lever

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan blade control lever, saat digerakkan dari posisi Hold – Raise – Hold – Lower – Float, Hold – Left Tilt – Right Tilt dan sebaliknya, sebagai indikasi lubricating linkage dan servo valve berfungsi normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Travel of ripper control lever

Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan ripper control lever, saat digerakkan dari posisi Hold – Raise – Hold – Lower, Hold – Tilt in – Tilt back, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage dan servo valve berfungsi normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Operating force of ripper lever

Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan ripper control lever, saat digerakkan dari posisi Hold – Raise – Hold – Lower, Hold – Tilt in – Tilt back dan sebaliknya, sebagai indikasi lubricating linkage dan servo valve berfungsi normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.
Blade speed ( raise & lower )

Raise blade speed

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menaikkan blade dari posisi lower sampai blade full raise, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi head lift blade cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump.

Lower blade speed

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menurunkan blade dari posisi full raise sampai blade menyentuh permukaan tanah, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi head lift blade cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan kerja dan fungsi quick drop valve.
Blade speed ( tilt )

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan blade dari posisi full tilt left sampai blade full tilt right, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi head lift blade cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump dan pada unit D155, juga untuk mengetahui kemampuan kerja Flow Reducing valve.


Ripper speed ( raise & lower )

Raise ripper speed

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menaikkan ripper dari posisi lower sampai ripper full raise, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi head lift ripper cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump.

Lower ripper speed

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menurunkan ripper dari posisi full raise sampai ripper menyentuh permukaan tanah, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi bottom lift ripper cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan kerja dan fungsi vaccum valve.
Ripper speed (tilt)

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan ripper dari posisi full tilt In sampai ripper full tilt back dan sebaliknya, sebagai indikasi banyaknya flow discharge yang dialirkan menuju sisi head (& bottom) lift ripper cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump.
Hydraulic drift ( blade lift )

Untuk mengetahui kecepatan penurunan blade saat posisi menggantung pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada seal piston lift cylinder blade.
Hydraulic drift of chasis ( blade )

Untuk mengetahui kecepatan penurunan chasis unit saat chasis diangkat bagian depannya dengan lift cylinder posisi lower pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada spool dan housing control valve (blade lift spool).
Hydraulic drift ( blade tilt )

Untuk mengetahui kecepatan bergerak blade dari posisi full tilt keposisi datar pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada control valve (tilt blade spool) atau seal piston tilt blade cylinder. 

Hydraulic drift ( ripper lift )
Untuk mengetahui kecepatan penurunan ripper saat posisi menggantung pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada seal piston lift cylinder ripper.

Hydraulic drift chasis ( ripper )
Untuk mengetahui kecepatan penurunan chasis unit saat chasis diangkat bagian belakangnyanya dengan ripper lift cylinder posisi lower pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada spool dan housing control valve (ripper lift spool).

Time Lag ( Blade / Ripper )
Untuk mengetahui keterlambatan waktu yang diperlukan untuk mengangkat bagian depan chasis unit saat blade (ripper) diturunkan dari posisi full raise sampai menyentuh tanah dan mampu mengangkat bagian depan (belakang) unit, sebagai indikasi respon hydraulic system dari kondisi yang cenderung terjadi kevakuman karena berat attachment kemudian terjadi pressure secara tiba tiba karena beban kejutan yang terjadi saat blade (ripper) menyentuh tanah.

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡


klinik alat berat

Author & Editor

klinik alat berat adalah layanan penjualan suku cadang dan layanan jasa service pada alat berat.